kabar kurang menyenangkan datang dari kalangan lulusan SMK, yang sering disebut sebagai penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia. Mengapa lulusan SMK yang seharusnya dipersiapkan untuk bisa langsung bekerja malah menjadi pisau mata dua bagi pemerintah karena menjadi penyumbang pengangguran terbesar saat ini? Ada beberapa faktor inti yang menyebabkan lulusan SMK, banyak yang tidak bisa terjun langsung ke dunia industri. Salah satunya peran pemerrintah, instansi pendidikan dan induatri perlu disatukan utnuk menanggulangi masalah pengangguran ini.
SMK penyumbang pengangguran terbesar?
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2019 sebanyak 6,82 juta orang atau menurun 50.000 orang dibandingkan dengan Februari 2018 yang sebesar 6,87 juta orang. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2019 tinggal sebesar 5,01% atau terendah setidaknya sejak 2005.
Per Februari 2019, dari total penduduk bekerja yang sejumlah 129,36 juta orang, 40,51% memiliki tingkat pendidikan SD. Porsi paling banyak kedua ditempati oleh penduduk dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 17,86%. Sedangkan persentase paling rendah dipegang oleh penduduk dengan tingkat pendidikan Diploma I/II/II, yang mana hanya 2,82% per Februari 2019. Lulusan Universitas pun hanya memiliki porsi 9,75% dari total penduduk bekerja di Indonesia.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan jumlah pengangguran yang setara 5,01% dari jumlah angkatan kerja 136,18 juta orang paling tinggi masih lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Berdasarkan data BPS, tingkat penggangguran berdasarkan pendidikan masih dipegang oleh lulusan SMK yang sebesar 8,63%. Lalu, lulusan diploma I/II/III sebesar 6,89%, lulusan SMA sebesar 6,78%, lulusan Universitas sebesar 6,24%. Kemudian lulusan SMP sebesar 5,04% dan lulusan SD 2,65%.
Tantangan dan Solusi
Perlu dicatat bahwa data tersebut membandingkan seluruh pengangguran pada jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah angkatan kerja di tingkat pendidikan yang sama. Dengan begitu dapat memperlihatkan serapan tenaga kerja pada suatu jenjang pendidikan tertentu. Semakin tinggi TPT per jenjang pendidikan, artinya ketersediaan lapangan kerja tidak sesuai dengan tenaga kerja hasil cetakan kurikulumnya.
Hal tersebut dapat menjadi salah satu alasan mengapa lulusan SMK bisa menjad penyumbang angka penganguran terbesar di Indonesia. Tingkat pendidikan SMK yang sebenarmya disiapkan untuk langsung bekerja setelah lulus nyatanya tidak sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut seharusnya menjadi sebuah tantangan bagi sekolah kejuruan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama pada bidang magang atau PKL.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, tingginya angka penggangguran di kalangan lulusan SMK dikarenakan miss atau tidak adanya match antara program pendidikan dengan kebutuhan di dunia indutri. Untuk saat ini program-program pendidikan SMK kebanyakan seperti akutansi, manajemen, administrasi perkantoran kurang dibutuhkan oleh dunia kerja. Menurut dia, jurusan yang dibutuhkan sekarang kebanyakan itu tenaga IT (teknologi informasi), penguasaan dalam internet dan pengoperasian program. Terlebih lagi di dukung dengan adanya revolusi industri 4.0, yang sudah mengadaptasi sistem digitalisasi dan cloud computing, sehingga kebutuhan akan tenaga IT lebih banyak dibutuhkan.
Ini artinya perlu ada penyesuaian kurikulum demi menghadapi tantangan persoalan tenaga kerja ke depannya. Apalagi saat ini, perkembangan teknologi membuat ekonomi tengah menyongsong revolusi industri 4.0 yang bisa berubah sangat cepat. Pemerintah, instansi pendidikan dan industri perlu duduk bersama dan membebicarakan hal ini guna menanggulangi hal tersebut.
Baca Juga : SMK Delta Presiden Kunjungan Industri ke GAMELAB untuk Mendapatkan Materi yang Relevan Industri
Solusi dari program pemerintah
Salah satu program pemerintah untuk menanggunalangi masalah pengangguran dari SMK sebenarnya sudah ada yang mulai berjalan, seperti program Kelas Industri. Program Kelas Industri adalah sebuah program dimana sekolah (SMK) bekerja sama dengan industri untuk mensinkronisasikan kurikulum yang ada di sekolah disesuaikan dengan yang ada di industri.
Hal tersebut sudah sangat baik mengingat kurikulum yang ada di kelas tersebut sudah disesuaikan dengan industri. Namun apakah hal tersebut berjalan dengan baik? Tentu saja tidak semua industri dapat memberikan kontribusi yang terbaik untuk sekolah. Untuk itu sekolah diharapkan dapat memilih partner industri yang baik dan sesuai dengan kompetensi atau jurusan yang ada di sekolah.
Untuk solusi yang lainnya adalah memfokuskan siswa untuk mendalami kompetensi yang di pilihnya. Jika dilihat dari kurikulum SMK yang beredar saar ini, kebanyak materi tidak inline dengan kompetensi siswa atau terlalu banyak dan tidak fokus pada komptensi inti siswa. Mungkin dari kurikulum tersebut, pemerintah dapat memperbaikinya sehingga siswa di SMK bisa lebih fokus dalam mengasah skillnya.
Untuk pemilihan partner industri, sekolah di harapkan bisa lebih selektif dalam memilihnya. Pilihlah partner industri yang benar-benar memberikan kontribus dalam meningkatkan skill serta kemampuan dari siswa. Saat ini Game Lab Indonesia sebagai platform akademi yang menghubungkan instansi pendidiakn dan industri mengajak instansi pendidikan untuk bergabung bersama dengan Game Lab indoensia utnuk meningkatkan mutu dan kualitas lulusan dari SMK. Yuk segera bergabung dengan Game Lab Indonesia dengan cara registrasi danlogin di Game Lab Indonesia atau hubungi kontak kami di Customer Service Game Lab Indonesia.
Sumber :
- https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4537723/lulusan-smk-masih-dominasi-pengangguran-di-ri
- https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/09/20575081/lulusan-smk-penyumbang-pengangguran-tertinggi-di-jakarta-selatan?page=all
- https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/19/05/07/pr4i50430-tingkat-pengangguran-terbuka-lulusan-smk-mendominasi
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20190506155737-4-70767/sedih-justru-lulusan-smk-yang-paling-banyak-menganggur
- https://economy.okezone.com/read/2019/05/06/320/2052138/pengangguran-di-indonesia-paling-banyak-lulusan-smk