Saat ini website menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat modern, baik untuk melakukan transaksi, komunikasi, hingga penyebaran dan pencarian informasi.
Menurut KBBI, website adalah sebuah sistem untuk mengakses, memanipulasi dan mengunduh dokumen yang terdapat di dalam komputer dan dihubungkan melalui jaringan internet.
Website telah mengalami perkembangan yang sangat luar biasa sejak pertama kali diluncurkan tahun 1996. Mau tahu seperti apa perkembangan website dari dulu hingga sekarang? Simak artikel ini sampai habis ya.
Baca Juga : Mengenal NFT (Non-Fungible Token): Pengertian, Cara Kerja, dan Manfaatnya
Perkembangan Web 1.0, 2.0, dan 3.0
Perkembangan teknologi informasi dimulai dengan berkembangnya Web 1.0. Saat itu, semua informasi yang ada di internet hanya bisa dilihat dan dibaca saja (read only). Sebagai pengguna, kita belum bisa berinteraksi di dalamnya.
Web Versi 1.0
Web 1.0 berkembang mulai tahun 1996 sampai 2004. Versi 1.0 ini dibuat dengan bahasa pemrograman Static HTML. Isi konten di era Web 1.0 ini juga statis dan sangat sederhana. Hanya berupa teks atau gambar dan tidak memiliki unsur visual yang menarik.
Web Versi 2.0
Web 2.0 merupakan versi lanjutan dari Web 1.0. Jika sebelumnya Web 1.0 hanya bisa read only, kini pembaca atau pengakses website bisa melakukan interaksi.
Web 2.0 dibuat dengan bahasa pemrograman Dynamic HTML, CSS, JavaScript, dan bahasa pemrograman lain yang berkembang hingga saat ini. Web 2.0 adalah versi website seperti yang umumnya kita gunakan saat ini.
Kita hampir bisa melakukan semua aktivitas via internet berkat adanya Web 2.0. Mulai dari membaca berita, menggunakan media sosial, belanja online, menonton video, dan sebagainya.
Jika Web 2.0 hampir bisa mendukung semua kebutuhan kita, lalu mengapa harus ada Web 3.0? Yuk simak penjelasan di bawah ini.
Web Versi 3.0
Web 3.0 sangatlah berbeda dengan Web 1.0 dan Web 2.0. Dilihat dari sistem yang digunakan, Web 3.0 berjalan menggunakan sistem blockchain yang merupakan teknologi menyimpan data secara decentralized. Blockchain berjalan dari serangkaian hash yang bersambung antara hash sebelumnya dengan hash yang terbaru.
Web 3.0 ini merupakan decentralized atau tidak ada kepemilikan oleh suatu perusahaan maupun perorangan dan bersifat open source. Jika dibandingkan, Web 1.0 dan Web 2.0 masih menggunakan centralized atau dimiliki oleh seseorang atau perusahaan.
Mengenal Web 3.0 Lebih Dalam
Web 3.0 menawarkan sistem keamanan yang lebih canggih dan sangat sulit untuk di-hack. Mengapa tidak bisa di hack? Sifatnya yang decentralized (semua komputer yang terhubung ke Web.30 menyimpan hash dari komputer lain).
Dengan begitu, ketika hacker ingin menghack suatu sistem Web 3.0, seorang hacker harus menghack semua komputer yang terhubung di dalam sistem blockchain tersebut yang jumlahnya ratusan hingga jutaan komputer.
Kenapa bisa begitu? Sebab, sistem blockchain bersifat transparan dan semua aktivitas di dalam blockchain tersebut dapat tercatat di buku jurnal digital.
Keunggulan Web 3.0
Keunggulan WEB 3.0 adalah dari segi keamanan, transparansi, dan anonimitas. Jika Web 2.0 hampir bisa merekam seluruh aktifitas kita, di WEB 3.0 ini semuanya akan terenkripsi. Mulai dari nama, email, ataupun alamat tempat tinggal.
Kelemahan Web 3.0
Tetapi Web 3.0 juga memiliki kelemahan, yaitu dapat digunakan sebagai media transaksi ilegal, misalnya pencucian uang. Sebab, kita tidak dapat melacak identitas pelaku jika transaksi dilakukan melalui Web 3.0. Kita hanya bisa melacak transaksi secara hash tanpa mengetahui siapa pelaku di balik transaksi tersebut.
Web 3.0 untuk Seorang Web Developer
Sebagai seorang Web Developer, kita harus mengikuti perkembangan teknologi terutama Web 3.0. Bisa dibilang, teknologi ini adalah teknologi masa depan yang akan digunakan secara luas.
Bahkan tidak menutup kemungkinan banyak perusahaan akan menggunakan Web 3.0. Untuk berkarir di bidang ini, kamu perlu mempelajari sitem machine Learning, deep learning dan blockchain.
Web 3.0 mulai banyak digunakan di sektor finansial, khususnya di bidang cryptocurrency. Sekarang ini, semua orang bahkan bisa membuat wallet atau dompet digital yang nantinya dapat digunakan untuk melakukan transaksi lintas negara tanpa bantuan pihak ketiga seperti bank.