Untuk kamu yang sekolah di SMK atau kuliah di perguruan tinggi vokasi, mungkin sudah tidak asing dengan program Teaching Factory atau yang sering disingkat dengan TeFa. Sebetulnya apa sih program Teaching Factory itu? Bagaimana pelaksanaannya?
Yuk temukan jawaban lengkapnya di artikel ini!
Latar Belakang Pelaksanaan Teaching Factory
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) pada Agustus 2016, angka pengangguran SMK menunjukkan angka 11,11% dari total pengangguran terbuka sebesar 7,02 juta orang. Padahal, SMK sebenarnya diharapkan bisa menekan angka pengangguran sekaligus menghasilkan SDM berkualitas agar bisa memenuhi kebutuhan SDM global.
Namun, pada kenyataannya, kerap kali terjadi ketidakcocokan antara teori yang didapatkan dengan proses yang dilaksanakan. Bahkan, terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran di sekolah—baik itu teori ataupun praktik dengan situasi yang ada di dunia kerja.
Dengan kata lain, masih terdapat miss match atau gap antara yang dipelajari di sekolah dan kondisi di dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Perlu adanya penyelarasan antara materi pembelajaran di SMK dan kebutuhan dunia kerja. Maka dari itu, Teaching Factory diperlukan agar tercipta link and match antara pembelajaran di sekolah dengan kebutuhan di dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Pengertian Teaching Factory
Teaching Factory adalah sebuah konsep pembelajaran di SMK berbasis produksi atau jasa dengan acuan standar dan prosedur yang dijalankan di industri. Teaching Factory juga dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.
Bisa dibilang jika konsep Teaching Factory adalah gabungan belajar dan lingkungan kerja yang nyata. Maka, TeFa membuat siswa SMK mendapatkan pengalaman belajar yang relevan.
Pembelajaran di Teaching Factory fokus pada integrasi industri dan akademik dengan pendekatan terhadap pengajaran/pelatihan dan kurikulum. Menurut Direktorat Pembinaan SMK (2008) dalam Direktorat Pembinaan SMK (2017) Teaching Factory juga mengintegrasikan proses pembelajaran dengan tujuan untuk menghasilkan produk atau jasa yang layak untuk dijual dan menghasilkan nilai tambah untuk sekolah. Hal itu berarti proses pembelajaran Teaching Factory bisa menanamkan kewirausahaan bagi siswa.
Prinsip Dasar Teaching Factory
Dikutip dari Direktorat Pembinaan SMK (2017), berikut beberapa prinsip dasar Teaching Factory:
- Adanya integrasi pengalaman dunia kerja ke dalam kurikulum SMK.
- Semua peralatan dan bahan serta pelaku pendidikan dirancang dan disusun untuk melaksanakan proses produksi. Tujuannya tentu untuk menghasilkan output produk berupa barang atau jasa.
- Adanya perpaduan dari pembelajaran berbasis produksi dan pembelajaran berbasis kompetensi.
- Siswa SMK harus terlibat langsung dalam proses produksi. Dengan begitu, kompetensi yang dibangun dapat sesuai dengan kebutuhan produksi. Selain itu, mengantarkan para siswa untuk mencapai tahap kompeten sesuai kebutuhan industri.
Tujuan Teaching Factory
Berikut beberapa tujuan pelaksanaan Teaching Factory
- Mempersiapkan lulusan SMK agar siap kerja
- Membantu siswa memilih bidang pekerjaan yang sesuai dengan kompetisinya
- Memberi kesempatan dan pembelajaran kepada siswa SMK untuk melatih keterampilan yang diperlukan di dunia kerja
- Tercapainya tujuan SMK dalam upaya pembentukan dan penciptaan SDM yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kebutuhan DUDI
- Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada siswa dan guru SMK
- Menjembatani kesenjangan kompetensi antara materi yang diberikan di sekolah dan kebutuhan industri
Manfaat Teaching Factory
Lalu, apa saja manfaat Teaching Factory?
- Meningkatnya efisiensi dan efektivitas pengantaran soft skills dan hard skills kepada peserta
- Meningkatnya kolaborasi dengan dunia usaha/dunia industri (DUDI) melalui penyelarasan kurikulum, penyediaan instruktur, alih pengetahuan/teknologi, pengenalan standar dan budaya Industri
- Meningkatnya kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui interaksi dengan dunia usaha/dunia
- Terjadinya perubahan paradigma pembelajaran dan budaya kerja di institusi pendidikan dan pelatihan kejuruan
- Memperkaya portofolio dan pengalaman siswa melalui produk yang telah dibuat dan/atau kegiatan yang telah dilaksanakan
Baca Juga : Menjembatani Pendidikan antara Industri, SMK YPK Paulus Dok Adakan UKK Animasi bersama GAMELAB
Tahapan Teaching Factory
Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, dilaksanakan sosialisasi kepada civitas sekolah, pembentukan tim pelaksana, penyusunan dan ruang lingkup kegiatan, serta penyusunan dan pengesahan dokumen perangkat pembelajaran.
Tahap Implementasi
Tahap implementasi meliputi penerapan model pembelajaran, pendampingan dan penguatan pemahaman stakeholder, serta monitoring dan pengendalian kegiatan.
Tahap Evaluasi
Tahap ini terdiri dari evaluasi penerapan kegiatan, penyusunan laporan hasil evaluasi, dan rekomendasi untuk penguatan serta perbaikan selanjutnya.
Gamelab Indonesia (PT Educa Sisfomedia Indonesia) bersedia bekerja sama dengan seluruh elemen yang ingin mengembangkan Teaching Factory dalam proses pembelajaran di SMK. Terdapat beberapa bidang kompetensi Gamelab yang bisa dipilih
- Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim (PPGL)
- Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)
- Multimedia (MM)
- Desain Komunikasi Visual (DKV)
- Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
- Bisnis Daring Pemasaran (BDP)
- Otomatisasi & Tata Kelola Perkantoran (OTKP)
- Akuntansi Keuangan dan Lembaga (AKL)
Tertarik membentuk Teaching Factory bersama Gamelab? Klik di sini untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai kerja sama Teaching Factory.
Referensi:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2017. Tatakelola Pelaksanaan Teaching Factory. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
https://www.gamelab.id/teaching-factory